Friday 5 June 2015

Ngopy, Lintas Kota

Biasanya kalau malem minggu itu (tepatnya ini Sabtu, 30 Mei 2015), pilihan saya tinggal dua, lebih sering di kosan atau kalau nggak ya di warnet trijaya deket kampus ub, tapi buat malem minggu ini saya lebih prefer pilihan yang pertama karena mendadak dapet kopian film baru dari kamar sebelah. Ya lumayan lah film baru, sekiranya lebih greget daripada film biru.

Tiba-tiba ada sms dari salah satu sohib merubah jadwal malem minggu “tenang” di kosan. Biasa. Dia kalau sms mesti ndadak, kesusu, dan to de poin. “Ndar kon nandi?”, “Urgent Ndar”, “ndang bales, arek-arek ate metu iki”. Oke gercep. Berangkat. 20 menit ditunggu di depan Alfa*tiit mereka dateng juga. Khalik, Wisnu, Harri, Bayu, sama si Mbah Ucup. Langsung kearah Cangar di Batu. Langsung aja saya tanya, mau ngapain kesana kita? Ngopi lah bro, cari udara segar. Suantai. Iya santai. Oke paham, tujuan ke deket pemandian air panas cangar, kegiatan ngopi. Saya ya santai santai aja pakai sepatu bolong-bolong, kaos tipis, jaket seadanya, meski gak tau tempat sama jalannya, lha wong katanya mau cari udara segar. Sekitar jam 23.00 cus.

Cangar itu tempatnya di Kelurahan Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Abis saya searching, maklum lah, masih punya curiousity yang cukup tinggi, ternyata lokasi tujuan berjarak sekitar 22 kilometer dari Kota Malang, dengan ketinggian kurang lebih 1000 mdpl. Nah lho. Jadi berasa salah kostum ini. Mulai keingat belaian lembut selimut, kasur, bantal, dan guling di kosan, sama semua kenangan dengan jaket dobel, sarung tangan, kaos kaki, slayer, dan masker. Eh, masker udah kepakai sih, tapi lainnya itu loh pada ketinggalan -_-

Pelajaran pertama. Tanyain dulu tujuan, baru jalan.

Kurang lebih perjalanan 2 jam. Meski malem dan dingin-dingin, tapi kelihatan banget kalau pemandangannya bagus. Kan ane orangnya peka, biar gelap tetep keliatan, haha. Pemandangan bukit dan dataran rendah Kota Malang dan Kota Batu yang diterpa cahaya buatan manusia (baca: lampu) membuatnya jadi indah. Ehm. Jadi kepikiran kapan kesana pas lagi pagi hari atau sore hari, sama dia-lah pastinya. Mesti great and meaningful. W-O-W. Selain itu juga gara-gara pemandangan alamnya yang berupa perkebunan. Nggak kayak biasanya yang berupa pohon-pohon dan kelihatan serem (apalagi kayak yang waktu ane lagi perjalanan di Ponorogo, abis mampir di Pacitan -_-). Btw perjalanan malem minggu tenang ini cukup menarik kok, ditambah sama dinginnya suasana jomblo. Maksud saya dinginnya suasana malem di Kota Batu.

Ini jadi ngingetin saya lagi, kalau semakin kita berani jalan lebih jauh, kita akan jadi semakin tahu dan menyadari kalau di ujung langit masih ada langit dan di atas Jupe masih ada Raisa. Hahaha

Pelajaran kedua. Get out and EXPLORE!

Sampai deh akhirnya di depan “Taman Wisata Pemandian Air Panas Tahura R. Soerjo”. Tempat dengan 3 kolam pemandian air hangat. Hem, btw bukan taman wisatanya sih yang kita cari, tapi warkopnya itu lho yang dicari. Dan masalahnya semua wakop tutup. Deeeennnngggg. Dasar nasib. Tapi tenang, masih ada Si Mbah Ucup yang tahu segala jalan di setiap ujung dunia, bahkan jalan menuju surga pun kayaknya dia udah tau. Kok surga, neraka aja kayaknya juga udah pernah di explore. Hahaha. Akhirnya dia nawarin lanjut buat nyari warkop di depan. Kami ya ayo ayo aja. Mana aja, selama bersama mesti tetep aja asik. Huhuhu.

Perjalanan lanjut. Jalan sehabis pemandian ternyata nggak seasyik jalan yang pertama. Lebih karena kondisi jalan yang jelek sama banyak daun-daun yang berserakan. Juga sama pemandangannya yang  nggak seindah yang awal perkebunan tadi. Tak apalah. Lanjut. Katanya selama ada temennya tetep jalan, hehe.

Agak lama sampai juga di daerah yang ada warung-warungnya.  Untung masih buka. Merki tersedia tiga warung yang masih buka tak apalah, selama ada kopinya, mesti tetep pas buat nongkrong. Mampir. Nasi sate kelinci dua, nasi lalapan tempe satu, pop mie satu, mie goren telor nasi dua. Minumnya? Ya kopy-lah, dengan sejuta rasa. Ada yang mocca, ada yang jahe, ada yang cappuccino, tapi sayangnya gak ada yang rasa-h mbayar. Hem.

Rasanya baru ini nih pesen nasinya lama banget, setengah jam lebih deh pokoknya. Abis saya lihat-lihat ternyata yang bikin lama adalah saat si penjual membikin satenya. Maklum suhu udara rata-rata di Kota Batu adalah sekitar 15 sampai 19 derajat cellsius, jadi untuk membakarnya mereka pakai sabut kelapa sebagai sumber api. *30 menit kemudian. Anggap sajalah 30 menit kemudian itu makanannya sudah jadi. Sebenernya saya sedikit kecewa, kenapa waktu yang kami butuhkan untuk menghabiskan makanan malah jauh lebih cepat dibandingkan waktu penantian kami sembari lagi di masak. Dan sampai sekarang hal ini masih menjadi misteri –

Langsung dah. Ini mana ceritanya lintas kota? Kok nggak sesuai sama judulnya -_-

Maaf-maaf. Saya baru tau kalau nggak cuman ada udang di balik “batu” sesuai dengan peribahasa lama itu, tapi ternyata ada pula Pacet di balik “Batu”. Tahu Pacet kan? Itu Salah satu kecamatan di Kabupaten Mojokerto. Cus setelah ngopy tadi udah selesai. Temen-temen memutuskan untuk lanjut perjalanan balik ke Malang nya lewat Mojokerto. Alasannya bukan karena biar apa lah, tapi cuman karena isi tangki aja sih, maklum, ternyata tangki sepeda motor Honda Revo temen saya dengan kapasitas 3,7 liter juga pengen “minum” kopi dulu dan letak pom terdekat itu lewat jalur Pacet.

Kata orang sih biasanya pulang lebih cepet daripada berangkatnya. Saya nggak setuju pernyataan itu buat perjalanan saya ini. Jalur pulang lewat Mojokerto kemudian tembus Prigen Pasuruan cukup jauh dan melelahkan. Apalagi ditambah sama pemandangan yang nggak seindah di awal sana hujan yang turun dan membasahi kami. Bukan masalah hujannya sih. Tapi kaminya yang --lagi-lagi-- tidak “sedia mantel sebelum hujan”

Akhirnya. Sampai di kosan sekitar pukul 3.30 pagi.

Lumayannnn. Minimal malem minggu “tenang” saya hari itu nggak forever alone bak jones di kosan, tapi ada temen-temen para jomblowan yang setia menemani jalan-jalan.

Nb: kayaknya lebih pas kalau judulnya ngopy 22 kilometer deh ya

Malang, 3 Juni 2015

1 comment:

  1. Kok kamu kalo nulis jadi lucu ndar. Udahlah, kamu kalo ngelawak di sini aja, nggak usah di dunia nyata. Aku janji ketawa terus deh :p

    ReplyDelete

Berikan komentar yang sehat dan terlepas dari pesan SARA, SEX, dan POLITIK :)