Paralayang. Untuk
orang-orang baru di daerah Malang, sepertinya tempat itu menjadi pijakan
pertama petualangannya untuk melakukan kegiatan #explore yang lagi hits itu. Ya
kalau #explore nya di daerah Malang, yang cukup banyak tempat wisata di daerah kabupatennya,
maka cukup menambahkan nama itu dibagian akhirnya menjadi #exploremalang. Benar
memang kalau tempat yang greget bisa jadi sangat menyenangkan karena faktor
keberadaan dan lokasinya yang memang menakjubkan. Tapi apalah arti tempat yang menyenangkan
kalau tidak dibarengi sama keberadaan teman-teman hebat yang senantiasa
menemani(?)
Ya. Bersyukurlah saya
akhirnya sempat menaiki bukit (Gunung Banyak) setinggi 1315 mdpl itu setelah
sekian lama hanya mendengar gaungnya yang kerasa karena spotnya yang ‘cukup’
bagus untuk mengambil selfie ataupun foto untuk pengganti dp line maupun upload
instagram. Sekali lagi. Apalah daya jikalau istimewa tempatnya namun tanpa
didampingi teman disana. Bagi perokok sih katanya cukup dengan hisapan udah
berarti ada teman. Lha kalau bagi saya? Yang kini sudah tidak berteman dengan
tembakau bungkus kertas itu? Mau tidak mau ya harus ada teman real yang
menemani.
Untuk para mahasiswa baru
di daerah Malang dan sekitarnya nih. Silahkan. Jangan sampai lupa untuk #mampirsebentar
di bukit ini untuk menandai awal perantauan kalian di Malang. Jangan lupa pula
untuk menggunakan jaket dan pakaian hangat agar temen-temen bisa menjaga tubuh
tetap hangat. Jadi nggak perlu pelukan bagi temen-temen yang kesana dengan
pasangan *dosa* dan sekaligus untuk menjaga hati para jombs yang mungkin juga
disana dengan temen-temen jombs-nya.
Paralayang merupakan
salah satu obyek wisata yang terletak secara administratif di daerah Kota
Wisaya Batu. Untuk mencapai lokasi tersebut, terdapat dua alternatif jalur yang
dapat dilalui misalkan si traveler berasal dari arah Malang menuju Kota Batu
yaitu melalui jalur (1) dan jalur (2). Saya sarankan saja bagi traveller muda
yang menggunakan kendaraan tangguh untuk melalui jalur yang (2) karena di jalur
tersebut terdapat tanjakan yang cukup curam untuk dilalui kendaraan yang sudah
cukup udzur, hehe. Selain itu jalur ini juga sedikit lebih pendek dibanding
jalur satunya. Saran lagi nih. Karena memang yang biasa ditunggu saat ada di
Paralayang adalah pemandangannya saat metahari mau terbit, saya sarankan untuk
teman-teman untuk sekedar #mampirsebentar di Pos Ketan Legendaris yang berada
di dekat alun-alun Kota Batu sambil merasakan suguhan utamanya yang cukup
melegenda itu.
Jalur
1 - Jika dari Pujon dan Ngantang
Ambil arah ke Batu sampai Pujon hendak arah ke Coban rondo,
akan ada pertigaan atau jalan bercabang dimana semuanya menuju ke Kota Batu,
ambil yang lurus yang arah ke Songgoriti (Batu) dan pelankan sekitar 100 m ada
pertigaan belok kiri, dan ikuti jalan dan papan penujuk jalan yang ada, karena
sudah banyak penunjuk jalan yang ke arah paralayang, ketika sampai di kaki
bukit akan ada 2 jalan satu ke bawah dan satu keatas, ambil yang keatas disini
kondisi jalan mulai terasa tidak enak kerena tersusun atas batu dan beton yang
mulai hancur, dan kelihatan tanahnya serta menanjak, 100 m hendak sampai ke
tempat parkir akan ada loket.
Jalur
2 - Jika dari Batu
Ambil arah ke Pujon hingga sampai di Desa Songgokerto lalu
belok kanan arah ke Songgoriti, akan ada banyak villa dan orang yang menawarkan
villa, lurus ikuti jalan hingga menemukkan jalan menanjak dimana itulah kaki
dari gunung banyak, ikuti jalan menanjak yang sangat curam pastikan anda
memakai gigi roda 1, sampai masuk ke Pujon lalu anda akan menemukan pertigaan
dimana seperti rute diatas, yang berada disisi kanan jalan lalu ikuti jalan itu
sesuai petunjuk diatas.
Setelah mencapai kawasan
paralayang kita perlu merogoh kocek sebesar lima ribu rupiah untuk membayar
tiket masuknya per orang, kemudian naik sedikit untuk mencapai sekitar
puncaknya dibutuhkan lima ribu rupiah lagi untuk mebayar iuran parkirnya per
kendaraan roda dua. Entah dengan biaya parkir kendaraan roda empat, soalnya
saya sendiri lupa untuk menanyakannya *maafkan*. Disini terdapat pula beberapa
warung kecil sebagai kantin untuk menyediakan jajanan bagi pengunjung dan juga
kopi hangatnya untuk menemani di tengah udara dingin daerah Kota Batu sekitar
15 hingga 19 derajat celcius. Lumayan loh sambil nunggu munculnya si matahari.
Apa sih yang bikin tempat
ini cukup menarik bagi pengunjung? Kalau menurut saya itu karena pemandangannya
di malam hari dengan cahaya lampu Kota Malang dan Kota Batu, dan pemandangan
yang tersaji di pagi hari saat udah ada mega merah di langit. Greget banget.
Makanya coba kesana. Pokoknya begitu mega merah udah muncul jangan lupa siapin
kamera entah kamera hp atau malah DSLR untuk ambil foto selfie atau foto
rame-rame. Wait. Jangan lupa sempetin waktu untuk Sholat Shubuh loh.
Btw di kawasan yang sama
terdapat pula tempat khas untuk dijadikan spot foto yaitu Rumah Pohon. Tapi
waktu saya ke Paralayang tempat Rumah Pohon tidak buka karena malam hari sampai
pagi memang nggak buka. InsyaAlloh setelah saya kesana nanti menuliskan ceritanya
juga kok, hehe.
Sampai sekarang saya
sudah menaiki Bukit Paralayang itu tiga kali. Yang pertama dengan kawan-kawan
jurusan lain satu teknik, berikutnya dengan temen-temen satu jurusan, dan yang
terakhir dengan kawan Bengal. Terimakasih Nadya, Brigita, Fredo, Agil, Fahmi,
Yanti, Fadli, Fajri, dan Noska yang akhirnya mau menemani saya untuk merasakan
puncak bukit yang menyenangkan itu bersama kalian. Meski ada sedikit insiden
yang lumayan menyedot perhatian para pahlawan di dompet saya untuk hari-hari
berikutnya, namun pengalaman itu akan menjadi momen yang tersimpan baik dalam
memori.
Nb : Sumber jalur menuju Bukit Paralayang
Foto tambahan ~
1. Ini pertama jalan ke Bukit Paralayang sama temen-temen Danton
2. Yang ini yang kedua sama temen-temen PWK FT-UB
3. Yang ini diambil malem hari dengan backgroun utama cahaya lampu Kota Batu
waw
ReplyDelete(Komentar nggak kreatif dan ngeselin karena bisa komentar lebih leluasa di kehidupan nyata -red)