Monday 3 August 2015

Marhaban ya Romadhon – Pasar Romadhon ala Kerto (?)

Sekarang ini lagi hari kedua Lebaran Ied Mubarak, tapi tetap aja keinget semaraknya Kota Malang saat Romadhon. Jangan disamain sama Kabupaten Tulungagung loh. Titelnya aja udah beda. Yang satu Kota, satunya lagi Kabupaten. FYI, perbedaan mendasar kota sama kabupaten itu salah satunya adalah kecenderungan pekerjaan masyarakatnya. Kota dengan hiruk pikuk perdagangan dan jasa, sedang kabupaten dengan pengelolaan lahannya, bisa kering bisa basah yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mendasar (baca: pangan). Mudahnya, kota banyak toko, kabupaten banyak sawah dan petaninya. Lha terus apa bedanya? Tetep beda loh ya. Berarti kota cenderung lebih ramai ketimbang kabupaten dalam segi kegiatan ekonominya. Begitu juga di Bulan Romadhon kemarin.


Sebenernya biasa aja sih. Tapi karena itu tahun pertama saya merasakan Romadhon bukan di tempat kelahiran, jadi rasanya *ehm* lah ya.

Di daerah dekat kosan saya, sebut saja Kerto-Kertoan, itu pagi sampai siang hari bisa dibilang cukup sepi. Kawasan yang warganya banyak menawarkan jasa kos-kosan ini, karena dekat dengan kampus Universitas Brawijaya, sepi karena sebagian besar warung-warung khas harga kantong mahasiswa tutup untuk menghormati Bulan Puasa. Namun berbeda lagi kalau udah mulai jam 4 sore. Jalanan dengan lebar cukup untuk satu setengah mobil ini *di Kerto-Kertoan* mendadak ramai karena para penjaja ta’jil yang udah pada menyiapkan dagangan es-es segarnya seperti es buah, es campur, es degan, dsb, dengan harga kisaran 4 ribu sampai 5 ribu rupiah. Agak mahal sih buat kertas dengan gambar Pangeran Antasari, tapi buat mereka yang lagi kangen masakan emak di kampung dan es spesialnya masing-masing, jadi korbanin aja deh kertas-kertas itu.

Saya cukup sering mampir ke pasar romadhon ini karena saya juga tergolong dalam KMKME. Biar gimanapun caranya harus dapat es segar, gimanapun caranya, boleh minjem uang, boleh juga minjem es batunya aja, bahkan minta-minta sambil nyicipin es yang dibeli sama tetangga kos saya.KMKME? Kumpulan Mahasiswa Kangen Masakan Emak. Meski itu bukan perkumpulan yang sebenarnya, tapi misalkan ada yang mau memastikan, saya yakin bakal banyak yang ngaku, atau mungkin malah semuanya, kalau mereka termasuk juga dalam perkumpulan ini. *haha*.

Namanya juga pasar, jadinya ada penjual ada pembeli, ada minuman ada makanan. Tapi ya variasi menu makanan yang ada nggak sebanyak variasi esnya. Salah satu yang paling sering itu Sabana Fried Chicken. Menu ayam crispy cepat saji yang dada-nya seharga 8 ribu rupiah dan nasinya satu porsi 4 ribu ini selalu menjadi opsi saya sekiranya saya seharian cukup pulas menjalani ibadah tidur saya sampai sore, sampai-sampai belum sempat pesan makanan yang lebih bersahabat *harganya*. Bahkan sebangun tidur, tanpa mandi terlebih dulu saya langsung kesana dan bilang, “Sam, dadanya satu, nasinya dobel”. Biar dompet akhirnya tipis, biarlah, penting minimal usus-usus saya tidak merasa kekurangan makanan setelah seharian lelah ibadah.

BTW, para penjaja ta’jil ini cukup berjualan sampai pukul setengah 6 sore aja. Dagangan abis, dan langsung ngacir juga penjualnya.
(3)
Kabupaten Tulungagung – Sabtu, 18 Juli 2015

No comments:

Post a Comment

Berikan komentar yang sehat dan terlepas dari pesan SARA, SEX, dan POLITIK :)